BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam peradabannya, umat Islam selalu mengalami perubahan dan
perbaikan. Perubahan dan perbaikan tersebut, dimaksudkan untuk memberikan
solusi bagi setiap umat dari masing-masing zaman. Terkadang, pemikiran umat
Islam dalam peradabannya menjadikan umat Islam kuat dan bersatu, namun tidak
jarang pula justru menjadikan umat Islam berpecah belah dan terkotak-kotak.
Dari dulu hingga sekarang, pemikiran manusia menjadi persoalan yang
memerlukan kehati-hatian dalam menggunakannya, hal itu dikarenakan dampak dari
fungsi akal itu tidak selamanya positif. Malah justru terkesan banyak
negatifnya, mengingat bahwa manusia hanyalah seorang makhluk Tuhan. Hal itu,
bukan hanya terjadi diluar orang Islam, tetapi juga terjadi dalam tubuh Islam
itu sendiri.
Dari banyaknya pemikir-pemikir umat yang peduli akan perkembangan
dan perubahan dunia, mereka memberikan gagasan-gagasannya bagi umat
selanjutnya. Salah satunya adalah Muhammad Iqbal yang dalam pemikirannya
menjadi pembahasan para ulama dan umat Islam lainnya dari masanya hingga
sekarang, untuk diambil pelajaran yang positif dari apa yang diuraikan dan
diterangkan oleh Iqbal. Dalam uraian karya ilmiah ini akan diuraikan tentang
bagaimana pemikiran Iqbal bagi dunia Islam.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
riwayat hidup (biografi) Muhammad Iqbal
?
2. Bagaimana
gerakan pemikiran dan pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Iqbal ?
3. Apa
saja karya-karya Muhammad Iqbal ?
C.
Tujuan
Pembahasan
1. Untuk
mengetahui dan memahami riwayat hidup (biografi) Muhammad Iqbal.
2. Untuk
mengetahui dan memahami gerakan pemikiran dan pembaharuan yang dilakukan oleh
Muhammad Iqbal.
3. Untuk
mengetahui dan memahami karya-karya Muhammad Iqbal.
BAB II
PEMBAHASAN
GERAKAN PEMIKIRAN PEMBAHARUAN MUHAMMAD IQBAL
A.
Biografi Muhammad Iqbal
Ada 2 pendapat mengenai kapan lahir dan
meninggalnya Muhammad Iqbal. Pendapat pertama mengatakan bahwa Muhammad Iqbal (Urdu: محمداقبال) lahir pada tanggal 22 Dzulhijjah 1289
H/22 Februari 1873 M di Sialkot, Punjab. Dan meninggal pada tanggal 18 Maret
1938.[1]
Sedangkan pendapat kedua mengatakan,
bahwa beliau lahir pada tanggal 9 November 1877 dan meninggal pada tanggal 21
April 1938 di Lahore pada usia 60 tahun.
Ia dikenal juga sebagai Allama Iqbal
(Urdu: علامہاقبال), seorang penyair, filsuf, dan politisi
yang menguasai bahasa Urdu, Arab, dan Persia. Dia adalah Inspirator kemerdekaan
bangsa India menjadi Pakistan.[2]
Muhammad
Iqbal berasal dari keluarga Brahma
Kashmir (keluarga golongan menengah). Ayah muhammad Iqbal, Nur Muhammad adalah penganut islam yang taat
dan cenderung pada ilmu tasawuf.
Dengan lingkungan dan asuhan dalam rumah, Muhammad Iqbal sedikit
banyak telah menanamkan roh Islam dalam jiwanya. Ia masuk sekolah dasar dan
menengah di Sialkot. Pada masa yang sama, ia mendapatkan pendidikan agama
secara langsung dari seorang guru yang bernama Mir Hassan, dan dari gurunya inilah
ia memahami Islam secara mendalam, mengajarinya sikap kritis dan mengasah
bakatnya dalam dunia kesusastraan.
Maka tidak berlebihan jika dikatakan pengaruh didikan Mir Hassan
ini direkam mendalam dan sangat mempengaruhi jiwa Muhammad Iqbal yang ia ukir
lewat untaian bait-bait syair sebagaimana tergambar dalam rangkaian sajak
berikut ini :
Cahayanya dari keluarga Ali yang penuh berkah
Pintu gerbang dibersihkan senantiasa, bagiku bagaikan Ka’bah
Nafasnya menumbuhkan tunas keinginanku penuh ghairah
Hingga menjadi kuntum bunga yang merekah indah
Daya kritis tumbuh dalam diriku oleh cahayanya yang ramah.
(Lihat Dr. H.
H. Bilgrami; 1979:16).
Kemudian,
untuk meneruskan studinya, pada tahun 1895 ia dikirim ke Lahore, yang menjadi pusat kebudayaan, pengetahuan dan seni. Ia kemudian bergabung dengan perhimpunan
sastrawan dan belajar disana sampai mendapat
gelar M.A. Dikota itulah, ia berkenalan dengan Thomas Arnold,[3]
seorang orientalis yang mendorong Iqbal untuk melanjutkan studinya ke Inggris.
Iqbalpun pergi kesana pada tahun 1905 dan masuk Universitas Cambridge untuk
mempelajari Filsafat. Dua tahun kemudian, ia pindah ke Munich, Jerman. Dan disinilah
ia memperoleh gelar Ph.D. dalam bidang tasawuf dengan disertasi “The Development of Metaphysics in Persia”
dengan nilai yang sangat memuaskan.
Pada tahun 1908, Iqbal kembali ke Lahore
untuk menjadi pengacara merangkap dosen filsafat dan sastra Inggris di Government College. Selanjutnya pada
tahun 1930 Iqbal terpilih menjadi presiden Liga Muslim India.
Berbeda dengan pemikir pembaharuan yang
lain, Muhammad Iqbal merupakan seorang penyair-filsuf atau filsuf-penyair
sekaligus reformer Islam India. Sebagai seorang reformis, dengan kecerdasannya
ia mengungkapkan bahwa kemunduran umat Islam selama 500 tahun terakhir
disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama,
dan yang paling utama adalah karena hancurnya Baghdad yang telah menjadi pusat
politik, kebudayaan, kemajuan, dan pemikiran umat Islam pada pertengahan abad
ke-13. Akibatnya, pemikiran ulama pada saat itu hanya bertumpu pada ketertiban
sosial. Mereka menolak pembaruan di bidang hukum dan pintu ijtihad mereka
tertutup. Kedua, timbulnya paham
Patalisme yang menyebabkan umat Islam pasrah pada nasib dan enggan bekerja
keras. Ketiga, pengaruh zuhud (zuhd)
yang terdapat dalam tasawuf yang dipahami secara berlebihan dan salah
menyebabkan umat Islam tidak mementingkan persoalan kemasyarakatan. Mereka
berpikiran bahwa perhatian manusia harus dipusatkan pada Tuhan dan apa-apa yang
berada dibalik alam materi. Keempat,
sikap jumud (statis) dalam pemikiran umat Islam.[4] Kelima, hilangnya semangat induktif
dalam masyarakat Islam.[5]
B.
Gerakan
Pemikiran Pembaharuan Muhammad Iqbal
1. Filsafat Ego
Salah satu bukti pemikiran Iqbal adalah filsafat ego. Konsep dasar
dari filsafat Iqbal yang menjadi penopang keseluruhan pemikirannya adalah
hakikat ego. Filsafat Iqbal pada intinya adalah filsafat manusia yang berbicara
tentang diri (ego). Karena bagi Iqbal manusia itu adalah suatu kesatuan energi,
daya, atau kombinasi dari daya-daya yang membentuk beragam susunan yang salah
satu susunan pasti dari daya-daya tersebut adalah ego.
Ego, kadang kala Iqbal menyebutnya dengan khudi, [6]
adalah suatu kesatuan yang riil atau nyata, yang merupakan pusat dan landasan
dari semua kehidupan, dan merupakan suatu iradah kreatif yang terarah secara
rasional. Karyanya ditulis dalam bahasa Persia dengan bentuk matsnawi berjudul
Asrar-I Khudi, kemudian dikembangkan dalam berbagai puisi dan dalam kumpulan
ceramah yang kemudian dibukukan dengan judul “The Reconstruction of Religious Thought in Islam”. Bahasa Persia
lah yang dipakai dalam suatu karyanya karena Iqbal juga pernah belajar bahasa
Persia pada seorang guru yang ahli dalam bahasa Persia dan Arab yang juga
kebetulan teman ayahnya. Iqbal juga menerangakan bahwa khudi merupakan pusat
dan landasan dari kehidupan. Hal ini tercantum pada beberapa matsnawinya dalam
Asrar-I Khudi. Salah satu contoh matsnawinya sebagai berikut:
Bentuk kejadian ialah akibat dari khudi
Apa saja yang kau lihat ialah rahasia khudi
Dijelmakanlah alam cita dan pikiran murni
Ratusan alam terlingkup dalam intisarinya
Selain itu, Iqbal juga menjelaskan khudi dalam bukunya “The Reconstruction
of Religious Thought in Islam” bahwa Realitas Tertinggi (Ultimate Reality) sebagai suatu ego, dan
bahwa hanya Ego Tertinggi (Ultimate-Ego)
itulah ego-ego bermula.
Sedikit keluar dari pembahasan yang kami rasa perlu diketahui bahwa
matsanawi dalam persepsi Jalal al-Din Rumi adalah akar dari akarnya agama
(Islam) dalam hal penyingkapannya terhadap misteri-misteri dalam memperoleh
(kebenaran) dan keyakinan. Matsnawi adalah ilmu tentang Tuhan yang terbesar,
jalan yang paling jelas menuju Tuhan dan bukti paling terang tentang Tuhan. Dan
inipun dalam bahasa Persia. Matsnawi merupakan syair panjang sekitar 25.000
untaian bait bersajak, yang terbagi ke dalam enam kitab. Hal tersebut adalah
persepsi Rumi, yang kami pikir ini apa ada kaitannya dengan Rumi? Seorang tokoh
sufistik, yang lahir di Persia, yang juga mengembangkan Tarekat Mawlawiyah.
Asumsi pemakalah mengaitkan hal tersebut karena ada kesamaan antara Rumi dan
juga Iqbal sama-sama membuat karya dalam bentuk matsnawi dalam bahasa Persia
serta sama-sama tertarik pada dunia sufistik, dan juga nama seorang gurunya
yang bernama Maulawi Mir Hasan. Maulawi tersebut apa mungkin ada kaitannya
dengan tarekat yang dikembangkan oleh Rumi? Atau itu hanya sekedar nama
lengkapnya saja? Apakah kaitan tersebut benar atau bahkan salah? Mari kita
sama-sama mencari dan mencari tahu di balik hal tersebut, dan mungkin kurangnya
dari pemakalah bahwa matsnawi yang dimaksudkan oleh Iqbal itu belum mendapatkan
referensi lain saat ini.
Kembali pada pembahasan tentang ego. Salah satu filosof di Barat
yaitu Descartes yang mengemukakan tentang ego. Aktivitas ego menurut Iqbal pada
dasarnya bukan semata-mata berfikir seperti yang dikemukakan oleh Descartes,
akan tetapi berupa aktivitas kehendak seperti tindakan, harapan dan keinginan.
Tindakan-tindakan tersebut spontan yang terefleksikan dalam tubuh. Dengan kata
lain, tubuh adalah tempat penumpukan tindakan-tindakan dan kebiasaan ego. Ego
adalah sesuatu yang dinamis, ia mengorganisir dirinya berdasarkan waktu dan
terbentuk, serta didisiplinkan pengalaman sendiri. Setiap denyut pikiran baik
masa lampau atau sekarang, adalah satu jalinan tak terpisahkan dari suatu ego
yang mengetahui dan memeras ingatannya.Watak esensial ego, sebagaimana konsepsi
Islam adalah memimpin karena ia bergerak dari amr (perintah) Ilahi. Artinya,
realitas eksistensial manusia terletak dalam sikap keterpimpinan egonya dari
yang Ilahi melalui pertimbangan-pertimbangan, kehendak-kehendak, tujuan-tujuan
dan apresiasinya. Oleh karena itu kian jauh jarak seseorang dari Tuhan maka
kian berkuranglah kekuatan egonya. Bagi Iqbal, agama lebih dari sekedar etika
yang berfungsi membuat orang terkendali secara moral. Fungsi sesungguhnya
adalah mendorong proses evolusi ego manusia dimana etika dan pengendalian diri
menurut Iqbal hanyalah tahap awal dari keseluruhan perkembangan ego manusia
yang selalu mendambakan kesempurnaan.
Iqbal juga menekankan bahwa kekekalan ego bukanlah suatu keadaan
melainkan proses. Maksud hal tersebut adalah untuk menyeimbangkan dua
kecenderungan yang berbeda dari bangsa Timur dan Barat. Mengingat sejarah Iqbal
yang berusaha untuk menkombinasikan apa yang dipelajarinya di Timur dan di
Barat, serta warisan intelektual Islam untuk menghasilkan reinterpretasi
pemahaman Islam, yang kebetulan ayahnya sendiri dikenal sebagai seorang ulama
di Sialkot. Bangsa Timur menyebut ego sebagai bayangan atau ilusi, sementara
itu Iqbal mengatakan bahwa Barat berada dalam proses pencarian sesuai dengan
karakteristik masing-masing. Dalam konteks inilah Iqbal terlebih dahulu
menyerang tiga pemikiran tentang ego, yaitu panteisme, empirisme, dan
rasionalisme.
Panteisme memandang ego manusia sebagai noneksistensi, sementara
eksistensi sebenarnya adalah ego absolute atau Tuhan. Namun apa kata Iqbal? Ia
menolak pandangan panteisme tersebut dan berpendapat bahwa ego manusia adalah
nyata. Aliran lain yang menolak adanya ego adalah empirisme, terutama yang
dikemukakan oleh David Hume yang memandang konsep ego itu yang poros
pengalaman-pengalaman yang datang silih berganti adalah sekadar penamaan
(nominalisme) ketika yang nyata adalah pengalaman-pengalaman yang datang silih
berganti dan bisa dipisahkan secara atomis. Iqbal tidak begitu setuju dengan
pendapat tersebut bahkan menolaknya dengan mengatakan bahwa orang tidak bisa menyangkal
terdapatnya pusat yang menyatukan pengalaman-pengalaman yang datang silih
berganti tersebut. Iqbal juga menolak rasionalisme Cartesian yang masih melihat
ego sebagai konsep yang diperoleh melalui penalaran dubium methodicum. Bahkan
Iqbal juga menolak pendapat Kant yang mengatakan bahwa ego yang terpusat, bebas
dan kekal hanya dapat dijadikan bagi postulat bagi kepentingan moral. Akan
tetapi bagi Iqbal keberadaan ego yang unified, bebas, dan kekal bisa diketahui
secara pasti dan tidak sekedar pengandaian logis. Adapun adanya ego atau diri
yang terpusat, bebas, imortal bisa diketahui secara langsung lewat intuisi.
2. Konsep
Penciptaan
Dalam penjelasan mengenai teori penciptaan Iqbal, dalam
bagian ini penulis mencoba mengutip langsung dari karya Iqbal yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Asrar-I Khudi :
Rahasia-Rahasia Pribadi. Akan tetapi, untuk menghindari dan tidak bermaksud
untuk menghilangkan pandangan-pandangan serta catatan-catatan penerjemahnya
yang cenderung bersifat subjektif, penulis berusaha memaparkan langsung
terjemahan dari karya Iqbal agar kita mendapatkan pemahaman lansung yang lebih
dari pemikiran Iqbal. Perlu diperhatikan, sebagian besar dari karya Iqbal
berbentuk tulisan dalam syair-syair atau puisi-puisi yang mempunyai nilai
estetika yang cukup tinggi, dan penulis kira, kita perlu memiliki pemahaman
sastra yang baik untuk dapat memahami isi dari pemikiran Iqbal tersebut.
Adapun syair Iqbal yang akan dijelaskan mengenai teori penciptaan
alam semesta, akan penulis paparkan di bawah ini.
Alam Semesta berasal dari Pribadi (Khudi)
Bentuk kejadian ialah akibat dari khudi
Apa saja yang kau lihat ialah rahasia khudi
Bila khudi bangkit pada kesadaran nyata
Dijelmakan alam cita dan pikiran murni
Ratusan alam terlikung dalam intisarinya
Menjelmakan dirimu melahirkan yang nafi khudimu
Oleh khudi tersemailah di luasan dunia bibit kemauan nyata
Mulanya disangkanya dirinya lain dari dirinya
Dijelmakannya dari dirinya bentuk-bentuk yang lain
Agar memperkembang biak nikmat pertarungan
Dijatuhkannya tenaga lengannya
Agar disadarinya tenaganya sendiri
Tipuan pada dirinya sendiri ialah intisari kehidupan
Penaka kembang mawar khudi hidup oleh mandi dalam darahnya sendiri
Untuk suatu kembang mawar dibinasakannya ratusan taman mawar
Dan dinyatakannya ratusan keluh sangsai akan mencari sebuah lagu
Untuk satu langit dijelmakannya ratusan cendera
Dan bagi satu lafaz ratusan persilatan kata
Maaf
bagi kelimpahan himmah dan kebengisan ini ialah membentuk dan menyempurnakan
rohani
Kejuitaan Shirin membenarkan gelisah Farhad
Harum wangi kembang jeruk mengimbau harum muskus
Nasib sang agas melontar diri dalam nyala pelita
Derita sang agas dibenarkan oleh cinta
Pensil khudi melukis ratusan kekinian
Agar diwujudkannya fajar hari esok yang akan datang
Nyala apinya membakar ratusan Ibrahim
Agar kemilau lampu seorang Muhammad
Subjek, objek, cara, sebab dan musabab
Semuanya ada untuk maksud amal
Khudi bangkit menyalakan, jatuh, gemilang dan bernafas
Membakar, menyinari, berjalan dan lari memental
Luasan waktu gelanggangnya
Langit alunan abu di pertemuan jalannya
Dari tetumbuhan mawar, dunia melimpah dalam mawar
Malam menjelma oleh tidur, hari lahir oleh bangkit bangun
Dibaginya nyala dan bara
Dan diajarkannya yang budiman memuja sulit keadaan
Dipecahkannya dirinya dan diciptakannya zarrah demi zarrah
Berpencar dia sementara dan di wujudkannya tumpukan pasir
Lalu menyatu padu dia kembali akan menjadi gunung-gunung
Inilah fitrah khudi akan menjelmakan dirinya
Dalam setiap zarrah bermukim kuasa khudi
Qudrat yang belum menjelma dan tersembunyi
Membelenggu sifat demi sifat yang melahirkan amal
Penaka hidup di alam semesta berasal dari qudrat-qudrat khudi
Hayat setimbang dengan kekuatan ini
Bila setitik air menghafal ajaran khudi
Diwujudkannya kejadian kosong ini menjadi mutiara
Anggur semata tak berbentuk sebab khudinya lemah
Diperolehnya bentuk oleh kerunia piala
Meski piala anggu mengambil bentuk
Banyak hutang budinya kepada kita untuk geraknya
Bila gunung hilang padunya, dia menjadi tumpukan pasir
Dan mengeluh, lautan meliputinya
Tapi ombak selama terus menjadi ombak dalam lautan
Tetap menjadi penunggang di punggung lautan
Cahaya selamanya menjadi peminta-minta sejak mata mulai memandang
Dan bergerak kian kemari akan mencari nan indah
Tetapi sebagaimana rumput beroleh cara dalam ketumbuhan dirinya
sendiri
Cita-citanya memecah dada sang tamansari
Kandil juga memadukan dirinya sendiri
Dan didirikanya pribadinya dari kumpulan zarrah
Lalu ditunjukannya kebiasaan menghancurkan diri dan lari dari dirinya
Sampai akhirnya mengucur-lurut dia dari matanya sendiri, penaka air
mata
Jika alat pengasah lebih pasti dalam fitrahnya
Tidaklah dia akan terus menderita luka
Tapi karena diambilnya nilainya sendiri dari kemauan yang lain
Bahunya akhirnya habis sirna oleh gesekan yang lain
Oleh karena bumi berdasar kuat atas kejadian sendiri
Bulan mengedarinya terus-terusan
Wujud matahari lebih kuat dari wujud bumi
Itulah sebabnya dunia pesona bagi mata sang surya
Kesyahduan padang kemilau menangkap pandang kita
Gunung kian hebat oleh keluhuranya
Bajunya tertenun dari api
Asalnya ialah bibit menjelma sendiri
Bila kehidupan mengumpulkan tenaga dari khudinya
Sungai kehidupan meluas ke dalam samudera raya
Telah dipaparkan diatas terjemahan dari puisi Iqbal yang membahas tentang
penciptaan. Disini penulis mengalami sedikit kesulitan dalam memahami
terjemahan bahasa yang digunakan, terlebih bahasa yang digunakan bersifat
sastra dan sebagian katanya kurang mengandung unsur EYD. Akan tetapi, itu tidak
menurunkan semangat penulis untuk mencoba dan berusaha mengambil makna-makna
penting dari puisi Iqbal tersebut. Disini penulis akan mencoba menjelaskan dan
mesistematisasikan isi puisi dari Iqbal mengenai penciptaan.
Semua bentuk kejadian berasal dari khudi (Pribadi atau di dalam
bahasa Farsi dan Urdu diartikan sebagai Tuhan). Semua yang ada pada realitas
merupakan rahasia-rahasia khudi. Ketika alam dan pikiran murni diciptakan dalam
“kesadaran” khudi, maka alam-alam yang tercipta tersebut akan terhubung pada
khudi. Dari khudi akan memujud keluasan dunia yang berkemauan (kreativitas),
dan akan memujud bentuk-bentuk yang berkembang dan saling bersentuhan atau
bergesekan. Dari bentuk-bentuk (kembang mawar) yang saling bergesekan akan
membuat tenaga yang bersifat mandiri (mandi dalam darahnya sendiri). Untuk
suatu bentuk (kembang mawar), akan mengambil suatu tempat atau ruang (taman
mawar) yang diringi dengan waktu (mencari sebuah lagu). Dari sini akan
membentuk “sebuah langit”, dan dari langit tersebut akan membentuk banyak
langit yang terus- menerus menyempurna (menyempurnakan keindahan rohani).
Dari kegiatan langit yang terus menyempurna akan “membentuk”
materi-materi (Kejuitaan Shirin “membenarkan” Farhad). Dari materi yang
memiliki daya ini, akan menarik (mengimbau) materi-materi lain yang memiliki
daya (Harum wangi kembang jeruk “menghimbau” harum muskus). Kegiatan dari
tarik-menarik (nyala api) antara materi-materi, akan membuat materi (sang agas)
tersebut terlempar dan mengalami keterseleksian (Nasib sang agas melontar diri
dalam nyala api. Derita sang agas dibenarkan oleh cinta). Dari materi yang
telah mengalami keterseleksian inilah, khudi sebagai daya kreatif (pensil
khudi) membentuk realitas-realitas kekinian agar dapat memujudkan
realitas-realitas yang akan datang (Pensil khudi melukis ratusan kekinian. Agar
diwujudkannya fajar hari esok yang akan datang).
Ketika kegiatan tarik-menarik antara materi-materi (nyala api)
bersentuhan dengan potensi-potensi terciptanya manusia (Ratusan Ibrahim), maka
seiring dengan itulah manusia akan terwujud (Nyala apinya membakar ratusan
Ibrahim. Agar kemilau lampu seorang Muhammad). Pada diri manusialah dapat
diketahi subjek, objek, cara, sebab , dan musabab atau pengetahuan, yang semua
bertujuan untuk amal (Subjek, objek, cara, sebab, dan musabab. Semuanya ada
untuk maksud amal). Dalam proses penciptaan alam, khudi berperan sebagai
“designer” dalam keteraturan alam.
3.Teori Dinamisme
Menurut pendapat Iqbal, Islam pada hakikatnya mengajarkan
dinamisme. Hal itu karena adanya keyakinan dan sistem sosial yang dipusatka
pada Al-Qur’an. Al-Qur’an senantiasa menganjurkan pemakaian akal dalam memahami
ayat atau tanda yang terdapat dalam alam, seperti matahari, bulan, bintang,
malam dan siang. Orang yang tidak memperhatikan tanda-tanda itu akan buta terhadap
masa yang akan datang. Selanjutnya Iqbal mengatakan bahwa konsep Islam mengenai
alam adalah dinamis dan senantiasa berkembang.
Menurut Al-Qur’an tiap bangsa mempunyai masa tertentu. Kemajuan
serta kemunduran dibuat Tuhan silih berganti diantara bangsa-bangsa yang
mendiami bumi, ini mengandung arti dinamisme. Lebih jauh lagi, Iqbal
menjelaskan bahwa alam semesta tidak dijadikan secara sekaligus, melainkan
secara berangsur-angsur menuju kesempurnaan. Disitu terdapat makna gerak dan
perubahan. Pahm dinamisme inilah yang membuat Iqbal memiliki peran penting
dalam pembaruan pemikiran di India.
Muhammad Iqbal membangunkan umat Islam India yang sedang tidur.
Kalangan tertentu yang sudah bangkit sejak Sir Sayid Ahmad Khan mendengar
panggilan itu dan ingin menanggapinya. Bahkan sebenarnya sewaktu di Inggris, ia
juga menulis surat ke India agar dunia Timur yang tidak berubah itu, bangkit
dan merubah diri sendiri. Sepanjang hidupnya ia menghabiskan waktu untuk
membangkitkan kegiatan tersebut dengan menekankan bahwa hidup adalah gerak. Ia
dengan sengit menyerang sikap menyerah dan menerima. Kehidupan agama yang hanya
berisi perenungan, positivitas, dan tidak adanya perjuangan, serta sikap kaum
sufi dan orang-orang idealis lainnya yang mempunyai tendensi menolak kehidupan
dunia, dianggap sebagai barang impor dari Iran dan Hellenisme yang menyelusup
kedalam agama yang dibawa oleh orang Arab yang sebenarnya penuh dengan
dinamika.
Lebih dari itu, Iqbal menolak konsepsi tentang alam semesta yang
sudah jadi, dikuasai oleh Tuhan yang diktator, dan harus diterima oleh manusia
yang hina dina. Ia berpendapat sebaliknya, bahwa alam semesta adalah sesuatu
yang terus tumbuh dan berubah, selalu disempurnakan oleh manusia dan Tuhan
(melalui perantaraan manusia). Tekanan utama Iqbal adalah menggerakan manusia
untuk beraktivitas. Hidup bukanlah
sesuatu yang direnungkan, tetapi harus dilakukan dengan penuh gairah..
Panggilan untuk inisiatif tidak sabar ini merupakan revolusi pokok
yang dibawa oleh Iqbal dalam pemikirann Islam. Ini merupakan keharusan apabila
Islam ingin tetap hidup, dan karena itu pemikiran modern harus dinamis.
Filsafat Iqbal adalah filsafat yang meletakan kepercayaan kepada
manusia yang dilihatnya mempunyai kemungkinan yang tak terbatas, mempunyai
kemampuan untuk mengubah dunia dan dirinya sendiri, serta mempunyai kemampuan
untuk memperindah dunia. Hal itu di mungkinkan karena manusia merupakan wujud
penampakan diri dari Aku Yang Akbar.
Dalam syair-syairnya
sebagaimana dinyatakan oleh Harun Nasution, Iqbal mendorong umat islam supaya
bergerak dan jangan tinggal diam, intisari hidup adalah gerak, sedang hukum
hidup ialah menciptakan, maka Iqbal berseru kepada umat islam supaya bangun dan
menciptakan dunia baru. Untuk keperluan ini umat islam harus menguasai ilmu dan
teknologi, dengan catatan agar mereka belajar dan mengadopsi ilmu dari Barat
tanpa harus mengulangi kesalahan Barat memuja kekuatan materi yang menyababkan
lenyapnya aspek etika dan spiritual.
Sembangan Iqbal yang paling besar adalah panggilannya yang tidak
henti-henti untuk berbuat atas nama Islam, ajakannya kepada kegiatan merupakan
kebaikan itu sendiri. Penekanannya yang kuat adalah bahwa seorang kafir yang
dinamis adalah lebih baik daripada seorang muslim yang pasif.
4.
Al-Qur'an
Mengenai Al-Qur'an, Muhammad iqbal menceritakan bahwa kitab suci
ini telah menuntunnya kepada kesadaran yang mendalam dalam jiwanya. Katanya :
"Setiap hari selepas sholat subuh, aku selalu membaca Al-Qur’an.
Ayahku memerhatikan keadaan ini lalu bertanya: "Apa yang engkau
baca?". Aku menjawab: "Aku sedang membaca Al-Qur'an".
Demikianlah halnya selama tiga tahun ayahku bertanya pertanyaan yang sama dan
aku memberikan jawaban yang sama. Suatu hari aku bertanya kepadanya:
"Apakah yang ada dalam dadamu wahai ayahku, engkau bertanya pertanyaan
yang sama setiap hari dan aku terpaksa menjawab dengan jawaban yang sama".
Maka jawab ayahku: "sebenarnya aku ingin mengatakan kepadamu wahai anakku,
bacalah Al-Qur'an itu seolah-olah ia diturunkan kepadamu". Sejak saat
itulah aku mulai mencoba memahami kandungan Al-Qur’an dan dari Al-Qur’anlah aku
mendapat cahaya inspirasi untuk sajak-sajakku". [Lihat Abu Al-Hasan
Al-Nadawi, Rawa'ie Iqbal (Keindahan Iqbal, 1978)]
Dari sini jelaslah bahwa Al-Qur'an adalah sumber utama inspirasi
syair-syairnya yang ditunjang dengan bakatnya yang besar dalam kesusastraan.
5.
Tema Cinta
Iqbal seolah-olah tidak merasa puas dengan sajak yang pendek untuk
menyampaikan maksud yang tersemat dalam hati dan pemikirannya. Dengan sajak
yang panjang, ia bebas mencurahkan isi pemikiran dan mengalunkan perasaannya
termasuk perasaan cinta yang menjadi fitrah manusia.
Dalam menghayati keluasan cinta ini, Iqbal tidak pernah lupa bahwa
kemuncak daripada segala yang dicintai ialah Allah Swt dan kekasih-Nya nabi Muhammad
Sallallahu Alaihi Wassalam. Mari kita
nikmati suara hati Iqbal ini :
Titik yang bercahaya yang namanya ialah diri
Adalah bunga api hidup di bawah debu kita
Dengan cinta, ia jadi abadi
Lebih pintar, lebih membakar, lebih bersinar
Dari cinta bermula kegemilangan wujudnya,
Dan pembangunan kemungkinannya yang tidak diketahui
Keadaannya mengumpul api dari cinta
Cinta mengarahnya menyinari dunia
Cinta tidak takut pedang atau keris
Cinta bukan dilahirkan dari air dan udara dan tanah
Cinta mengadakan damai dan perang dalam dunia
Cinta ialah pancaran hidup
Cinta ialah pedang mati yang berkilauan
Batu yang paling keras retak oleh pandangan cinta
Cinta Allah akhirnya menjadi seluruhnya Allah
Dalam hati manusia bertempatnya Muhamamd
Tanah Madinah lebih manis dari kedua-dua alam
Oh gembiralah kota di mana tinggalnya yang dicinta
Konsep cinta Iqbal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menuntut
penganutnya memberikan keutamaan cinta kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw
sebelum cinta kepada yang lainnya.
6.
Politik
Pada tahun 1927, Iqbal
berkiprah di arena politik secara aktif dan Ia dipilih sebagai perwakilan Dewan
Punjab selama tiga tahun. Selanjutnya pada tahun 1930 ia diangkat menjadi
presiden Liga Muslim yang berlangsung di Allahabad. Dalam kesempatan ini Iqbal
mengutarakan ide pembentukan sebuah negara Islam Pakistan. Ide ini dibentangkan
berdasarkan geografi, keagamaan dan kesejahteraan masyarakat Islam yang
jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan masyarakat Hindu.
Salah satu pernyataan politisinya adalah :
“ I would like to see the Punjab, Nort-West Frontier Province, Sind
and Baluchistan amalgamated into a single state. Self government within the
British Empire, or without the British Empire, the formation of a consolidated
Nortwest Indian Muslim state appears to me to be the final destiny of the
muslims, at least of Northwest India. (Saya ingin sekali melihat Punjab,
Provinsi Perbatasan Barat-Daya, Sind dan Baluchistan tergabung dalam sebuah
negara. Berpemerintahan sendiri ini
didalam kerajaan British (Inggris) atau diluar kerajaan British, pembentukan
negara Muslim Barat Laut India tampaknya menjadi tujuan akhir umat Muslim,
paling tidak bagi umat Muslim India Barat Laut.”
Tujuan membentuk negara Islam itu ditegaskan oleh Iqbal dalam rapat
Liga Muslim pada tahun 1930 yang mendapat dukungan dari para anggotanya. Sejak
saat itu ide dan tujuan pembetukan negara Islam tersebut diumumkan secara resmi
dan kemudian menjadi tujuan perjuangan nasional umat Islam India. Disebabkan
gagasan ide ini, Iqbal telah diberi julukan sebagai : ‘Bapak Pakistan’.
Daerah-daerah yang diinginkan oleh Iqbal untuk menjadi satu negara
Islam India adalah Punjab, daerah perbatasan Utara Sind dan Balukhistan.
Di samping menyuarakan pembentukan negara Islam Pakistan, Iqbal
juga menyeru kepada kebangkitan dan mempererat persaudaraan Islam sedunia.
Bagaimanapun sebagai seorang yang dilahirkan di Timur, Iqbal tetap
mempertahankan dan menyanjung kebudayaan dan keperibadian Timur yang halus,
tinggi dan indah. Tentunya termasuk dalam arti kata Timur itu ialah hasil
budaya masyarakat benua kecil India.
Terbentuknya negara islam Pakistan sebagaimana yang diasaskan
Muhammad Iqbal dapat tercapai pada tahun 1947 setelah beliau meninggal dunia.
C.
Karya-Karya
Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal adalah seorang yang kreatif berpuisi. Segala
pemikiran dan perjuangannya terpancar dalam puisinya yang bernafaskan Islam
dengan pengolahan bahasa dan bait syair yang indah. Oleh kerana itu beliau
lebih dikenal sebagai sastrawan besar Islam.
Diperkirakan ada sekitar 21 karya monumental yang ditinggalkan oleh
Muhammad Iqbal, dan salah satu karyanya yang terkenal adalah Bal-I Jibril
(Sayap Jibril) yang dibuat pada tahun 1935. Karya yang lainnya yaitu:
1. Ilm
al-Iqtitisad, (1903)
2. Development
of Metaphisics I Persia: A Constribution to the History of Muslim Philosophy, (1908)
3. Islam
as a Moral and Political Ideal, (1909)
4. Asrar-I
Khudi [Rahasia Pribadi], (1915)
5. Rumuz-I
Bekhudi [Rahasia Peniadaan Diri], (1918)
6. Payam-I
Masyriq [Pesan dari Timur], (1923)
7. Bang-I
Dara [Serua dari Perjalanan], (1924)
8. Self
in the Light of Relativity Speeches and Statement of Iqbal, (1925)
9.
Zaboor-I ‘Azam [Kidung Persia], (1927)
10. Khusal
Khan Khattak, (1928)
11.
A Plea for Deeper Study of Muslim Scientist, (1929)
12. Presidential
Addres to the All-India Muslim Leaque, (1930)
13.
Javid Nana [Kitab Kebaikan], (1932)
14. McTaggart
Philosophy, (1932)
15. The Recontruction of Religious Thought in Islam
[Pembangunan Kembali Pemikiran Keagamaan dalam Islam], (1934)
16.
Letters of Iqbal to Jinnah, (1934)
17.
Pas Chih Bayad Kard Aqwam-I Sharq, (1936)
18.
Matsnawi Musafir, (1936)
19.
Zarb-I Kalim, [Tongkat/Pukulan Nabi Musa], (1936) dan
20.
Armughan-I Hejaz [Hadiah dari Hejaz], (1938)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 9 November 1877 dan
meninggal pada tanggal 21 April 1938 di
Lahore pada usia 60 tahun. Ia dikenal
juga sebagai Allama Iqbal (Urdu: علامہاقبال), seorang
penyair, filsuf, dan politisi yang menguasai bahasa Urdu, Arab, dan Persia. Dia
adalah Inspirator kemerdekaan bangsa India menjadi Pakistan.
B.
Saran
Teringat suatu kata mutiara bahwa lidah lebih tajam daripada
pedang, tak ubahnya dengan pena yang digunakan dalam karya tulis ini lebih
tajam pula daripada pedang. Maka dengan demikian, kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan yang harus
diperbaiki. Karena itu, berbagai kritik dan saran sangat kami harapkan dari
pembaca untuk memperba
DAFTAR PUSATAKA
Hamid, Abdul, Yaya, Pemikiran Modern dalam Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2010.
Ali, Mukti, Alam Pikiran Islam Modern Di India dan Pakistan, Bandung : Mizan,
1993.
Supriyadi, Dedi, Pengantar Filsafat
Islam : Konsep, Filsuf, dan Ajarannya, Bandung : Pustaka Setia, 2009.
Adian, Donny, Gahral, Muhammad
Iqbal: Seri Tokoh Filsafat, Jakarta Selatan: Teraju, 2003.
Iqbal, Muhammad, Asrar
I Khudi : Rahasia-Rahasia Pribadi, Jakarta:
Bulan Bintang, 1976.
Mulyati, Sri, Mengenal dan
Memahami: Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2011.
Nasution,
Hasyimsyah, Filsafat Islam, Jakarta:
Gaya Media Pratama , 1999.
[1] Abdul Hamid, Yaya, “Pemikiran Modern dalam Islam”,
Bandung:Pustaka Setia,2010,hlm.205.
[2] Bhatti, Anil, “Iqbal and Goethe” (PDF), Yearbook of
the Goethe Society of India, 2006.
[3] T.W.Arnold
M.A.C.I.F. [Guru Besar Bahasa Arab Universitas London], Diantara karyanya The Preaching of Islam: A History of the
Propagation of the Muslim Faith, [India : Low Price Publications, 1913)
[4] Ensiklopedia Islam, Jilid 2, op.cit.,hlm 236. Sumber utama keterangan
ini bila dicermati secara keseluruhan dari Harun Nasution,op.cit.,hlm.191.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar